Mawarku Menjadi Layu
Belia dalam langkah sepi
Temaram mengoyak jiwanya
Mutlakkah salahnya?
Haruskah dia dipersalahkan?
Ini tangisnya yang kuseduh dalam puisi
Hirup dalam-dalam kisahnya
Laki-laki pendosa telah membuatnya terkutuk
pada Tuhan
Mengapa harus dia yang menanggungnya?
Bukankah dia juga tidak tahu?
Bukankah hujan malam itu juga tak berbisik
apa-apa?
Mawarku menjadi layu
Tak hanya direbut, makhluk jalang juga
dititipkan
Apa salahmu wahai mawar berduri?
Mengapa kumbang tega memanen madu yang belum
cukup masa?
Bahkan untuk yang pertama kali engkau mengenal
wajah jahanam itu
Engkau terlalu belia untuk itu
Bukan salah bunga, tapi salah siapa?
Bukankah sedih juga akan usai?
Bukankah pilu akan kelabu?
Tapi mawarku yang layu, pada siapa akan
kutumpahkan?
Comments
Post a Comment