Maukah Kau Menua Bersamaku?

MAUKAH KAU MENUA BERSAMAKU?

Mungkin itulah kalimat paling klise ketika kau dengar seorang laki-laki menawarkan untuk hidup bersama.
Tapi, anggapan itu akan luntur ketika kau benar-benar melihat dua insan yang benar-benar menua bersama, tanpa keturunan sampai renta, dan  jalannya bungkuk sekalipun.

Teringat waktu membesuk Nekwan Nadah di rumah sakit tiga minggu yang lalu sebelum beliau benar-benar dipanggil Yang Mahakuasa, guru ngajiku dari zaman belum sekolah.
Ya Allah, begitukah nanti aku tua, jika tak punya keturunan hanya mengharapkan suami yang juga telah renta, sama-sama tua.
Kasihan melihat Nek Ki Jupni, harus mendampingi istri yang sakit, padahal sendirinya juga demam karena terlalu lelah menunggu sang istri di rumah sakit, dengan cuaca November yang tidak stabil, suhu di rumah sakit yang dingin, dan ruang tunggu keluarga pasien yang kurang memadai, serta kondisi fisik yang sudah menurun.

Tapi itulah sisi keromantisan abadi yang tidak bisa tergantikan dengan apa pun.
kedua insan berjanji di hadapan Tuhan ketika masih belia, ikrar itu tidak memudar sampai tua.
bahkan tanpa keturunan pun masih terlihat istimewa.
Istri penyayang suami setia.
Keduanya mengabdikan diri sebagi guru mengaji di kampungku.
Subhanallah, banyak yang bisa membaca Quran karena mereka mengajari muridnya enam kali dalam seminggu.
Keduanya memang belum diamanahkan memiliki keturunan, tapi mampu membimbing puluhan anak kecil mengenal Rabb-nya dari belajar Quran. Tidak hanya anak kecil, bahkan orang-orang tua yang baru belajar ngaji pun meraka ajarkan.
Akhirnya tahun berganti tahun...
Suami istri menua bersama, sama-sama renta...
Tanpa anak, tanpa keturunan, apakah mereka berniat saling meninggalkan?
Tidak!!!
Mereka memang telah berjanji untuk menua bersama, entah istri yang meninggalkan dulu, atau suami. Hanya Allah yang tahu.

Comments

Popular Posts