Cerbung Tata dan Alwan (1)

"Tata, tadi teman Tata ke rumah, Tata dari mana, nak?" Papa yang sedang membaca koran di ruang tamu, menatapku dengan tatapan yang tak biasa.

"Teman Tata yang mana, Pa?"

"Alwan Rizki, yang badannya tinggi besar, pakai kaca mata, trus punya jambang," jelas Papa sambil memegang jenggotnya yang tidak ada.

Aku terkikik geli melihat papa mengekspresikan bahasa tubuhnya.

Eittss, si pithecantropus erectus itu ke rumah Papa?
What??
Ngapain? Dari mana tau alamat?
Tiba-tiba detak jantungku gak karuan.

"Alwan yang manusia berbulu itu Pa? yang jelek mukanya songong, ngomongnya selangit itu Pa?" tanyaku sambil nyerocos karena terkejut.

"Tata, kok gitu, ngomongnya. Alwan datang ke sini baik-baik. Ini Hp Tata ketinggalan di sekolah, memangnya Tata dari mana?"

"Maaf Pa, Tata shock Pa, itu musuh Tata di sekolah, suka adu mulut sama dia. Dia suka mengolok Tata kripik katena Tata kurus. Ya, Tata bales aja manusia berbulu, pithecantropus erectus badannya gede tinggi gitu"

"Masa, sesama guru sering adu mulut, kalau gurau ya gak apa-apa jangan ambil hati, Nak. Satu lagi, Papa ga suka Tata bilang dia manusia berbulu. Sesama ciptaan Allah. Laki-laki itu gagah loh kalau punya jambang seprti Alwan itu, Ta. Ga semua laki-laki di karuniai jambang/brewok seperti itu" Papa tersenyum. Aku yakin Papa sedang menggodaku.

"ih Papa, gak deh Pa. Males. Belum sembuh, hati Tata masih berantakan."
Ucapku sambil berlalu meninggalkan Papa di ruang tamu.

"Kalau ga diberesin ya tetap berantakanlah, Tata. Makanya cari orang yang mau beresin, biar ga berantakan lagi" seru Papa

"Papaaaaaa!!!" teriakku sembari kembali ke ruang tamu. "Maksud papa, apa?" Sambungku.

"Papa ingin ada yang jaga Tata, Tata janji sama Almarhumah mama umur 25 harus udah nikah kan?"

"Iya, sih Pa, tapi itu kan dulu, sebelum negara api menyerang." aku memasang wajah memelas.
Papa maklum.
Kegagalanku menikah tahun lalu masih membayangi aku dan papa.

Entah karena belum terlalu kenal atau aku yang terlalu bodoh. Yang pasti Tuhan selalu menunjukkan jalannya.
Setahun sebenarnya adalah masa bertunang yang lumayan lama untuk saling mengenal.
Namun, aku selalu menyadari sebagai manusia yang serba terbatas.
Mantan calon suami adalah teman SMA-ku, mantan calon mama mertua juga adalah teman mamaku.
Karena saling mengenal, tak perlu waktu lama kami pun bertunang.

Jika boleh kujelaskan, wajahnya mirip Irwansyah, pemain film My Heart.
Sebagai perempuan yang baru beranjak dewasa, dulu kupikir hal yang terpenting untuk memilih pasangan adalah wajahnya yang enak dipandang, kalau dibawa kemana-mana, orang akan akan terpesona dan iri hati. Tapi, ternyata aku salah. Di balik baik hati dan perhatiannya padaku, ternyata Irwansyah KW itu mengkhianatiku di belakang.
Dia bermain api dengan teman dekatnya.
Semua terbongkar 3 bulan sebelum hari pernikahan kami, dan dia juga telah mengakuinya.
Dia penyuka laki-laki. Dan aku bukanlah apa-apa baginya.
Cukup!
Hatiku pedih, terkadang jijik mengingat sikapnya yang manis padaku hanyalah lakonan yang fana.
Irwansyah KW yang tampan itu adalah lelaki sedap malam.


Comments

Popular Posts