Cerbung Tata dan Alwan (3)

Tata tak pernah habis pikir dengan keputusannya menyetujui pernikahan dengan Alwan, si pithecantropus erectus. Namun, dia yakin papa tak akan membuatnya kecewa.

Kamar berukuran 3x4 m2 adalah ruangan yang paling lama dihuni Tata ketika sudah pindah rumah bersama suaminya. Sekalipun sudah menikah Tata enggan membagi kamar, apalagi hatinya kepada Alwan.
Tata punya kamar sendiri begitu pula Alwan.

"KAMAR TATA, GO BOLEH KETUK, GA BOLEH GANGGU!"
 begitu tulisan yang tertempel di depan pintu kamarnya.
Alwan membaca tulisan itu dan berlalu pergi mengambil hp di kamarnya.
Dering nada panggilan terdengar dari luar kamar, Tata menerima panggilan dari suaminya.
"Tata ga ke sekolah? Abang mau berangkat. Ga mau sekalian?" tanya Alwan.
Trekk!! Tata membuka pintu kamar di lihatnya sesosok tubuh yang tinggi dan besar berkaca mata, Alwan si pithecantropus erectus bagi hidup Tata.
"Tata berangkat sendiri aja, kalau mau berangkat duluan, silakan" jawab Tata hanya dengan mengeluarkan kepalanya yang masih terbalut handuk dari pintu.
"Oke berarti abang berangkat sendiri, ya?" tanya Alwan sambil melihat kiri-kanan.

Tata mendongkol. Ia merasa sudah cukup jelas dengan jawabannnya tadi.
Ih, orang ini udah kayak pithecantropus versi berkaca mata, budek lagi. Ya Tuhan, bantu Tata, rungutnya dalam hati.

"Iya, abang berangkat sendiri. Tata belum selesai dandan." ucap Tata lagi dengan hatinya yang mulai panas.

"Abang bisa tunggu Tata, biar sama-sama. Gimana?" tanya Alwan yang memang suka menggoda istrinya.

"Ih, ga perlu. Tata malu datang ke sekolah sama abang. Nanti satu sekolah heboh. Abang berangkat aja sendiri. Tata tahu jalan ke sekolah," jawab Tata yang mulai mendidih.

"Ya udah, abang berangkat duluan ya?"
"Oke." jawab Tata sambil menutup pintu.

Hp Tata berdering kembali, dan dilihatnya layar hp tertulis "Pithecantropus Erectus"

"Apa lagi sih?" tanya Tata dengan malas. Ia mengeluarkan kepalanya di sebalik pintu.

Alwan menjulurkan tangan kanannya kepada Tata untuk salam.
Tata bergidik geli. Dia memperhatikan tangan yang penuh bulu.
Ya ampun, lebat banget bulunya. Dikasih pupuk apa sih? Ga mau. Ga mau, hati Tata meronta.

"Abang, maaf Tata masih belum bisa salam, ya. Nanti kalau udah siap, pasti Tata mau salam sama abang," pinta Tata dengan wajah memelas.

"Oh, ya udah. Abang berangkat," ujar Alwan yang sedikit ragu lalu sambil membetulkan kaca mata lalu kembali memasukkan tangannya dalam kantong celana olahraga.

Comments

Popular Posts