Gadis Bodoh


“Dasar laki-laki tukang selingkuh!”

Tiba-tiba seseorang melabrak mejaku dengan penuh amarah. Aku yang sedang menikmati makan siang jadi kenyang seketika. Aku mengenal wajahnya. Seseorang yang sering kuobral janji untuknya. Aku belum tahu janji-janji itu akan kulunasi atau tidak.

“Kenapa? Ada apa?” aku bertanya dengan suara lunak. Biasanya dengan nada bicara seperti ini dia mudah terbuai dan suasana menjadi cair.

“Sudah empat belas hari saya nunggu kabar dari kamu. Tapi satu pesan pun tak ada. Kamu tahu nggak, yang kamu lakukan ke saya itu jahat!” suaranya kembali meninggi.

Aku mengajaknya duduk agar ia lebih tenang.
 Matanya merah nyalang seakan menaruh dendam yang berkepanjangan.

“Kan saya sudah bilang sama kamu, saya sudah punya pacar baru. Jangan gangu saya dulu. Nanti kalau saya sudah bosan sama pacar baru saya, pasti kamu saya hubungin, mengertilah.” Aku meyakinkannya dengan wajah memelas.

“Apa katamu?” suaranya kembali melengking.

“Saya tidak jahat seperti yang kamu pikirkan. Pacar saya yang baru ini...” aku sengaja menghentikan penjelasanku, lalu mengerling ke arahnya. Tampaknya ia penasaran.

“Siapa pacarmu itu? Siapa? Dasar kamu tukang selingkuh! Kamu tega sama saya, kamu tega!” Aku tau ia sedang mengeluarkan jurus andalannya. Tangan dan kepalanya menangkup di atas meja, lalu badannya berguncang.

“Saya sudah bilang kan sama kamu, saya mahasiswa semester delapan. Saya sibuk sama pacar saya yang baru. Namanya Ssss....siwi, eh maksud saya skripsi. Maaf ya, saya harus fokus dulu sama dia. Kalau udah selesai skripsi, saya wisuda, lalu kerja, dan secepatnya akan melamar kamu. Jadi, kamu mengerti kan?” aku membujuknya dengan seulas senyum. Nampaknya dia mulai mempercayaiku.

“Benarkah itu? Benarkah kamu akan melamar saya?” ia bertanya minta diyakinkan.

Aku mengangguk dan tersenyum seolah-olah janji yang kuucapkan tadi benar-benar akan kutepati.
Tiba-tiba layar ponselku menyala terang. Aplikasi line memberi tahu bahwa ada pesan datang dari seseorang yang isinya “Sayang, pacar kamu ngamuk ya? Kasian matanya sampai merah gitu, kenapa kamu bikin nangis sayang?”

Ah, mengapa gadis-gadis bodoh seperti kalian begitu banyak umpatku.

Comments

Popular Posts