Galau
Entah
sudah purnama keberapa aku tak mencari kabarnya, sehatkah, sakitkah aku tak
tahu. Tepatnya aku tak ingin mencari tahu. Bukan karena aku tak peduli akan
halnya, tetapi memang lebih baik harus seperti itu. Tanpa kabar, tanpa berita,
tanpa komunikasi, aku yakin aku bisa menjalaninya, dan dia juga bisa melewatkan
detik seperti itu. Toh, bukan hanya aku saja yang tidak mencari, dia juga
menghilangkan diri.
Kadang
hidup juga kurasa sepi, tetapi rasa itu kutampik jauh-jauh agar selalu merasa
cukup dengan keadaanku sekarang. Awalnya aku merasa memotong nadi dari alir
jantungku untuk ini, tetapi ketika sadar menanparku, jutaan terima kasih kukirimkan
pada Tuhan. Tuhan yang kutahu, Dia maha, maha segalanya, maha baik sejagad
raya. Menguatkan saat keputusasaanku merajalela.
Keputusan
yang sudah kuniatkan dua tahun terakhir, mengalami pasang surut. Ketika hati
masih buta dalam kidung cinta. Aku tak menafikan bahwa hal itu sangat sulit.
Cinta yang kupunya, tetapi belum pantas memiliki ini, sering menggempakan
hatiku saat sepi, saat sendiri. Aku merasa bahwa perasaan ini telah berakar,
telah membangun dinasti dalam jiwa. Ketika semua tentangku yang patut
kurahasiakan, kubongkar sia-sia kepadanya. Sia-sia belaka. Cukuplah aku dan
musim tahun lalu yang tahu.
Comments
Post a Comment