ANALISIS DEBAT CALON PRESIDEN PUTARAN KETIGA TEMA POLITIK INTERNASIONAL DAN KETAHANAN NASIONAL


ANALISIS DEBAT CALON PRESIDEN PUTARAN KETIGA
TEMA POLITIK INTERNASIONAL DAN KETAHANAN NASIONAL
NAMA            : SIWI ANNISA
KELAS           : IIB REGULER A
EMAIL           : annisasiwi@yahoo.com
Debat calon presiden putaran ketiga yang bertema Politik Internasional dan Ketahanan Nasional dilaksanakan pada 22 Juni 2014. Dua kandidat calon presiden menghadiri acara yang ditunggu-tunggu oleh rakyat Indonesia di bulan demokrasi ini. Pada debat putaran ketiga, calon presiden nomor urut 1 yaitu H. Prabowo Subianto menggunakan kemeja putih, sedangkan calon presiden nomor urut 2, Ir. H. Joko Widodo menggunakan baju batik. Debat yang ditayangkan oleh beberapa stasiun televisi ini dimoderatori oleh Prof. Hikmahanto Juwana.
Berdasarkan debat capres yang telah dilaksanakan oleh kedua kandidat tersebut, calon presiden nomor urut 1 yaitu Prabowo menunjukkan sikap sangat tenang, bahkan beberapa kali menyikapi pemikiran yang sama dengan pendapat calon presiden nomor urut 2 dengan penuh penghargaan. Selain itu, bahasa yang digunakannya jelas dan dapat diterima oleh penonton yang mengikuti acara tersebut. Prabowo menyampaikan visi misinya dengan tegas bahwa politik luar negeri merupakan cermin politik dalam negeri, oleh karena itu Indonesia harus memperkuat ketahanan nasional dengan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Tidak kalah pentingnya, calon presiden nomor urut 2, Jokowi dengan pembawaan khasnya juga menggunakan bahasa yang sopan untuk menyapa lawan debatnya, visi misinya yaitu politik internasional yang bebas aktif dan ketahanan nasional dengan modernisasi alat pertahanan yang harus diperkuat, serta menyejahterakan prajurit dan keluarganya.
Dua kandidat calon presiden memperkuat argumennya dengan bahasa tubuh masing-masing. Prabowo dengan ketegasannya mampu menjelaskan maksud dari bahasa verbalnya. Jokowi dengan gaya sederhananya yang khas juga mampu menyampaikan argumennya dengan baik.
Ketepatan ide dari jawaban-jawaban yang disampaikan oleh kedua kandidat calon presiden sudah cukup baik, keduanya sama-sama memiliki kemampuan untuk menjelaskan secara rinci isi pemikirannya. Prabowo selalu menyampaikan untuk menjaga ketahanan nasional dan politik luar negeri yang membuat Indonesia disegani negara lain adalah dengan cara menyejahterakan rakyat, meningkatkan ekonomi dan kemakmuran rakyat, karena menurut Prabowo dengan meningkatkan perekonomian, Indonesia tidak lagi dipandang sebelah mata oleh dunia. Selain itu, untuk memperkuat keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) harus diadakannya modernisasi senjata yang memerlukan biaya yang tidak sedikit, oleh karena itu langkah utama untuk membangun Indonesia adalah membangun perekonomiannya dan menyejahterakan rakyatnya. Jokowi menyampaikan pemikirannya bahwa untuk menjaga ketahanan nasional adalah menyejahterakan kehidupan prajurit dan keluarganya, modernisasi alat cyber dan hibrida, seperti pengadaan drone, dan modernisasi industri pertahanan yang harus diperkuat. Sedangkan untuk politik luar negeri, Jokowi mengatakan politik luar negeri yang bebas aktif dan selalu mengutamakan strategi diplomasi, baik itu antar pemerintah dengan pemerintah, pelaku bisnis dengan pelaku bisnis, maupun masyarakat dengan luar negeri, agar dapat melindungi warga negara Indonesia, sumber daya alam maritim, meningkatkan daya saing produktivitas, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia.
Pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada kedua kandidat calon presiden ini tidak luput membahas tentang perlindungan tenaga kerja Indonesia yang berada di negara lain, khususnya tenaga kerja wanita dan peran penting politik luar negeri Indonesia agar disegani luar negeri, bahkan Asia. Jokowi mengatakan bahwa tenaga kerja Indonesia sebelum dikirim ke negara lain harus mendapatkan pelatihan dan melakukan seleksi. Kedutaan besar Indonesia seharusnya juga harus melengkapi data tenaga kerja, memberikan perlindungan, dan melakukan pengecekan setiap bulannya terhadap para tenaga kerja yang berasal dari Indonesia. Indonesia sebagai negara yang strategis dapat melakukan konferensi-konferensi dengan negara lain agar dapat dikenal, sehingga akan disegani dan berwibawa di mata dunia. Menurut Prabowo, tenaga kerja Indonesia yang berangkat keluar negeri adalah dalam keadaan terpaksa, karena tidak adanya lapangan pekerjaan di tanah air. Oleh karena itu, Prabowo memiliki pemikiran yang sama dengan Jokowi dalam hal tenaga kerja, bahwa tenaga kerja Indonesia sebelum di kirim ke negara lain harus mendapatkan pelatihan khusus yang membentuk skill, tidak hanya dilatih untuk mejadi pembantu rumah tangga, tetapi juga bisa bekerja di perusahaan di luar negeri, dan hal itu membutuhkan uang yang tidak sedikit. Prabowo mengatakan bahwa meningkatkan perekonomian dan menyejahterakan rakyat adalah jalan yang dapat membuat Indonesia bangkit dari kemiskinan dan keterpurukan. Peran politik luar negeri Indonesia juga akan disegani apabila rakyat Indonesia makmur dan sejahtera, bukan dengan cara mengadakan banyak diplomasi atau konferensi yang banyak.
Ide Jokowi untuk pengadaan drone di Indonesia untuk memperkuat ketahanan nasional mendapat sorotan khusus dari Prabowo, sehingga menjadi pertanyaan, bahwa drone adalah alat pemantau wilayah tanpa awak yang menggunakan teknologi tinggi dan membutuhkan satelit untuk menggunakannya, sedangkan satelit milik Indonesia, aset negara yaitu satelit Indosat yang berada di atas wilayah udara Indonesia telah dijual kepada negara lain pada saat pemerintahan Megawati Sukarno Putri. Prabowo mempertanyakan langkah yang akan diambil Jokowi terhadap pengadaan drone dan satelit Indosat. Jokowi secara tidak langsung mengatakan bahwa akan mengusahakan satelit Indosat kembali menjadi milik Indonesia, karena pengadaan drone dan penggunaannya menggunakan satelit, walaupun pada awalnya untuk pengadaan drone dapat diusahakan menumpang pada satelit tersebut. Menurut Jokowi usaha untuk membeli kembali satelit tersebut dapat dilakukan dengan meningkatkan ekonomi Indonesia di atas 7%.
Jokowi juga mempertanyakan tentang pertahanan nasional tentang produksi Panser Anoa usulan dari Jusuf Kalla, tetapi pada saat yang bersamaan pertahanan Indonesia akan menggunakan tank leopard, padahal tank leopard beratnya mencapai 60 ton yang tidak cocok dengan kondisi wilayah Indonesia. Prabowo menanggapi bahwa tank leopard dapat dipakai di beberapa wilayah Indonesia, seperti halnya tank leopard juga pernah digunakan ketika perang saudara di Vietnan, tank leopard juga dapat digunakan pasukan TNI yang aktif PBB untuk ikut menjaga perdamaian dunia dan tim ahli pertahanan nasional Indonesia pasti telah memilih peralatan alutsista yang cocok dan terbaik untuk Indonesia.
Peristiwa yang terjadi di Laut Cina Selatan juga menjadi sorotan Prabowo, sehingga meminta pendapat Jokowi tentang peran Indonesia dalam permasalahan tersebut. Jokowi menjelaskan bahwa peristiwa yang terjadi di Laut Cina Selatan adalah urusan negara lain dengan negara lain, dan Indonesia harus berperan jika memang dapat memberikan solusi, apabila tidak dapat memberikan solusi seharusnya Indonesia tidak perlu turut campur. Prabowo menanggapi penjelasan Jokowi bahwa peristiwa di Laut Cina Selatan jelas sekali berkaitan dengan Indonesia, karena selain berdekatan dengan Indonesia, juga terdapat wilayah maritim Indonesia di sekitar Laut Cina Selatan yang di klaim oleh negara lain. Jokowi menanggapi lagi, bahwa Indonesia akan berperan jika memang merasa mampu dapat meberikan solusi, dan jika ragu-ragu Indonesia tidak akan turut campur dalam permasalahan tersebut.
Komunitas Ekonomi Asean yang sebentar lagi akan dilaksanakan di akhir tahun 2015, langkah-langkah yang akan dipilh Indonesia untuk meningkatkan daya saing menghadapi hal tersebut juga menjadi pertanyaan Jokowi yang diajukan kepada Prabowo. Tanggapan Prabowo untuk hal itu tentu saja dengan memberikan dukungan berupa fasilitas kepada perusahaan-perusahaan nasional tanpa melanggar ketentuan perjanjian internasional, pendidikan, kredit modal yang dilancarkan, lahan, dan perizinan usaha.
Selain hal-hal tersebut di dalam debat calon presiden aturan dan waktu yang disediakan oleh moderator kepada masing-masing kandidat sangat dipatuhi oleh keduanya, tidak melebihi batas waktu untuk berbicara. Moderator yang netral serta mampu membawa acara debat semakin seru, juga mendapat nilai tambah dari rakyat Indonesia yang menyaksikan acara debat calon presiden tersebut.
Kedua calon presiden yang melaksanakan kegiatan debat tersebut pasti sangat ahli dalam berbicara, mampu menguasai materi, dan memahami tema, serta memengaruhi para pendengar. Prabowo dengan kemampuan berbicara tegas dan tidak bertele-tele, serta memiliki visi dan misi yang jelas, mampu memengaruhi pendengarnya,. Jokowi dengan gaya berbicara yang khas dan rencana gebrakan baru pemerintahannya juga mendapat nilai tambah dari masyarakat Indonesia. Akan tetapi, tidak ada satu pun manusia yang tidak memiliki kekurangan, walaupun Prabowo dengan tegas mencanangkan program menyejahterakan dan memakmurkan rakyat, tetapi Prabowo tidak menjelaskan dengan rinci cara menyejahterakan dan memakmurkan rakyat secara utuh dan menyeluruh. Jokowi juga memiliki kelemahan dalam penguasaan tema tentang permasalahan yang terjadi di Laut Cina Selatan, sehingga tidak terlalu menanggapi hal tersebut yang sebenarnya sangat berkaitan dengan wilayah Indonesia, dan Jokowi kurang memahami drone yaitu alat pemantau berteknologi tinggi yang dicanangkan untuk diadakan di Indonesia.
Rakyat Indonesia seharusnya cerdas dalam memilih pemimpin yang akan memimpin bangsa ini yang sedang terpuruk dalam berbagai bidang. Melalui debat calon presiden inilah rakyat dapat melihat kemampuan calon pemimpin dan visi misi yang akan dicapainya, karena debat yang dilakukan mengusung tema yang berbeda pada setiap kalinya, sehingga kita dapat melihat kemampuan calon pemimpin dan dengan cerdas menjatuhkan pilihan yang tepat. Seperti yang diketahui, bangsa ini dalam keadaan terpuruk, baik ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Bangsa ini membutuhkan pemimpin yang jujur, mampu membangkitkan Indonesia dari segala bidang. Prabowo adalah calon presiden yang tegas berlatar pendidikan militer, hal itu dapat diketahui dari gaya berbicaranya, kemampuan berkomunikasi yang sangat baik, dan mampu melihat permasalahan yang sedang di hadapi Indonesia dan menyikapinya. sedangkan Jokowi adalah tipe calon pemimpin yang merakyat dan sederhana, hal itu dapat dilihat dari penampilannya dan Jokowi selalu berusaha mencanangkan visi misinya dengan hal-hal baru. Dua kandidat calon presiden yang melaksanakan kegiatan debat ini bukanlah untuk ajang memamerkan visi misi yang bagus, tetapi adalah program yang harus mereka laksanakan apabila telah terpilih menjadi pemimpin, sehingga rakyat Indonesia harus cerdas memilih presiden untuk memimpin negara ini dan membuatnya kembali jaya.

Comments

Popular Posts