Aku dan Tuhan sedang Teken Kontrak


Seminggu berlalu sejak peristiwa terror hati itu, Syafa masih berkeluh kesah dalam pikirannya. Dia seolah-olah sedang mengumpulkan nyawa mempersiapkan hal yang sebenarnya tak ingin dilakukannya. Memutuskan hubungan dengan Alif memang tak mudah bagi Syafa, bahkan untuk membayangkannya saja sangat sulit.
Peristiwa-peristiwa yang dipercikkan oleh Tuhan nampaknya menambah kekuatan kepada Syafa, apalagi setiap hari dia memantapkan niat dengan banyak membaca buku agama dan tuntunan muslimah. Tuhan telah membuka hatinya dengan lebar bahwa sebaiknya dia memantapkan hati menyudahi ikatan yang belum halal itu. Bermula dari kedamaian hati yang tak bisa dijelaskan kata-kata, ia merasakan kuasa Tuhan dalam dirinya, Tuhan membuat hatinya begitu damai  seperti air mengalir begitu saja, menenangkan. Kemudian dua hari setelah hari ketenangan itu Tuhan membuat hatinya terombang-ambing dalam ketakutan. Janji-janji yang belum lunas, iman yang belum pantas, akhlak yang masih culas, tak pernah diingkari hatinya, dia masih penuh noda terbayang-bayang dalam benaknya. Setiap hari Tuhan memberinya kejutan yang dititipkan pada hatinya. Kematian. Kematian yang terasa sangat dekat. Syafa tak mampu lagi mengingkari hatinya. Dia takut pada Tuhan, tetapi sekaligus takut kehilangan kekasihnya.
Sejak lulus di perguruan tinggi negeri dan mendapat beasiswa penuh, Syafa pernah berbisik pada hatinya, bahwa dia akan konsentrasi pada kuliah dan selesai tepat waktu. Bisikannya masih terngiang, membuat hatinya tak tenang, apalagi ketika pada kata konsentrasi terbersit pikirannya untuk melupakan sang pacar, memutuskan hubungan yang belum layak itu. Keinginan itu semakin kuat ketika dia ditawarkan buku “Muslimah Istimewa” oleh temannya yang berhijab lebar. Perasaan itu semakin berkecamuk dan merongrong untuk segera ditunaikan.
Nazar suci itu seharusnya telah dilunasinya sembilan bulan yang lalu, tetapi sampai saat ini ia hanya mengumpulkan nyawa, dan lagi-lagi nyawa itu belum penuh juga. Sampai kapan Syafa? Sampai Tuhan memaksa Izrail merampas nyawamu? Ini niat baik Syafa, mengapa banyak sekali yang kau pertimbangkan? Terlalu banyak pertimbangan membuatmu gagal sembilan bulan ini. Cepatlah mantapkan niatmu dan tunaikan. Niat yang baik harus disegerakan! Bisikan itu membuat hatinya yang gundah semakin gundah.
Keanehan dalam diri Syafa berlanjut setiap hari. Hatinya secara tiba-tiba menginginkan vakum dari media sosial, tidak ingin dihubungi lewat hand phone, ingin melakukan kegiatan sendiri, dan semua itu di luar alam sadarnya. Ia tak memiliki alasan, tetapi hatinya sangat menginginkan itu. Kematian itu rasanya sangat dekat, membuat Syafa semakin takut. Kadang-kadang air mata jingga itu meleleh sendiri tanpa alasan, mengingat janji-janji dan dosanya yang bertumpuk. Ketakutan itu menggenapkan nyawa Syafa untuk berani.
Malam Minggu itu, karena LDR, Syafa mencoba menghubungi Alif melalui hand phone-nya. Syafa membuka pembicaraan dengan hangat, kemudian berterus terang akan nazarnya yang suci dan menyudahi hubungan mereka yang belum layak.
“Kak, maafin Syafa ya, ini jalan yang terbaik. Syafa takut sama Tuhan, walaupun Syafa juga takut kehilangan Kak Alif. Syafa percaya kalau misalnya jodoh, kita akan disatukan kembali. Kita masih muda Kak, masih banyak yang perlu kita lakukan, masih banyak cita-cita, masih banyak harapan, masih banyak waktu yang harus dimanfaatkan untuk menyiapkan masa depan. Kita berdua pasti merasakan, bahwa pacaran seperti ini membuang waktu, seharusnya kita gunakan untuk menyiapkan masa depan yang cerah, bantu Syafa ya Kak untuk menunaikan nazar ini. Syafa sayang Kakak”.
Semuanya terasa damai ketika telah disampaikan, bisik Syafa. Alif yang dikenalnya sejak bangku SMP itu menunjukkan sikap gentlemen sebagai seorang laki-laki.
“Kalau Syafa memang sudah lama berniat seperti itu, Kakak ikhlas ngelepasin Syafa. Syafa baik-baik ya di sana. Insya Allah kakak juga akan lebih fokus kuliah, biar cepat selesai. Semangat ya kuliahnya. Syafa kuat kok tanpa kakak, nanti kalau kakak udah siap. Insya Allah Kakak akan menjemputmu, Sayang. Wanita yang baik untuk laki-laki yang baik”.

Comments

Popular Posts