Putri Ulna dan Kerajaan Koki Ikana
Putri Ulna dan Kerajaan
Koki Ikana
Alkisah, di kehidupan dasar laut
ada seekor ikan mas koki bernama Putri Ulna yang memiliki mata bulat sangat
cantik dan ekor yang berwarna keemasan, dia hidup dengan kedua orang tuanya
bernama raja Uba dan ratu Siena yang memerintah kerajaan Koki Ikana yang aman
dan damai. Putri Ulna juga memiliki seorang teman, si kura-kura lincah dan
selalu bersemangat, bernama Okula yang sangat baik kepada Putri Ulna. Setiap
hari Okula berkunjung ke istana untuk bermain dengan Sang Putri. Oleh karena
keakraban mereka, raja dan ratu sudah menganggap Okula sebagai anak mereka
sendiri.
Pada suatu hari, kerajaan Koki Ikana
mendapatkan berita yang sangat mengejutkan dari seorang prajurit kerajaan,
yaitu seekor ubur-ubur menghadap raja Uba dan mengabarkan bahwa raja Pus-pus,
si ikan paus sedang mengamuk di tengah samudera dan akan menghancurkan kerajaan
Koki Ikana. Raja Pus-pus memang terkenal kejam dan angkuh. Dia merasa bahwa
laut adalah miliknya sendiri, sehingga dia selalu berlaku semena-mena kepada
makhluk laut yang lain.
Tidak lama setelah kabar sampai
kepada raja, muncullah buih-buih air ke kerajaan Koki Ikana. Pertanda raja
Pus-pus akan tiba. Raja Uba yang telah mengetahui hal itu, telah mengungsikan
rakyatnya ke tempat yang aman. Raja Uba dan seluruh prajurit ikan, ubur-ubur, dan
pasukan kura-kura telah siap melawan raja Pus-pus dengan persenjataan mereka.
Raja Pus-pus yang kejam itu akhirnya benar-benar mengamuk dengan
mengibas-ngibaskan tubuhnya yang besar dan menghancurkan istana Koki Ikana.
Semua prajurit pun menyerang raja Pus-pus dengan panah masing-masing. Tetapi,
ikan paus yang kejam itu malah tertawa dan berkata.
“Ha..ha..ha.. kalian tidak bisa
menyerangku, karena tubuhku sangat kuat, badanku sangat besar, kekuatanku sangat
dahsyat ha..ha..ha..,” kata raja Pus-pus dengan angkuhnya.
“Kalau begitu, apa yang kamu
inginkan dari kami yang memiliki badan kecil, wahai Raja Pus-pus?,” tanya raja
Uba
“Aku ingin memakan anakmu Putri
Ulna, kudengar dia sangat cantik dan memiliki daging yang sedap apabila
kumakan. Kalau kau tidak mau menyerahkan putrimu, maka semua rakyat Koki Ikana
akan menjadi korban keganasanku ha..ha..ha..” jawab raja Pus-pus, suara
tertawanya meruntuhkan istana, dan sekali kibasan ekor raja Pus-pus istana itu
rata di dasar lautan.
“Tidak bisa! Kau tidak boleh
memangsa sesiapapun dari rakyatku atau putriku, aku ingin mereka selamat” kata
Raja Uba dengan tegas.
“Jika kau tidak menyerahkan
putrimu, maka prajuritmu akan mati sia-sia, karena senjata mereka tidak akan
melukaiku sedikit-pun ha..ha..ha..” kata raja Pus-pus.
“Baiklah kalau begitu, aku sendiri
yang akan melawanmu!” kata raja Uba yang telah siap mengarahkan senjatanya ke
arah raja Pus-pus.
“Kau akan mati sia-sia wahai raja
Uba, tetapi aku memiliki satu penawaran jika kau dan istrimu menyerahkan diri,
maka aku tidak akan mengganggu rakyatmu di Koki Ikana lagi.” Kata raja Pus-pus.
Ratu Siena yang mendengar hal itu keluar dari tempat
persembunyiannya.
“Aku bersedia wahai Kakanda,
menjadi mangsa raja Pus-pus yang kejam dan rakus ini, asal rakyat dan putri
kita selamat,” kata ratu Siena
“Benarkah itu wahai Adinda?” tanya
raja Uba kepada istrinya.
“Benar Kakanda,” jawab Ratu Siena
“Baiklah, raja Pus-pus, kami berdua
menyerahkan diri asalkan kau menepati janjimu,” kata raja Uba.
Akhirnya, raja Uba dan ratu Siena
pun menyerahkan diri, masuk ke dalam perangkap raja Pus-pus dan dibawa ke
singgasana raja yang kejam itu. Seluruh rakyat Koki Ikana sedih dan menangis
mengetahui pengorbanan raja dan ratu mereka. Putri Ulna yang baru mengetahui
hal itu merasa sangat kehilangan kedua orang tuanya. Selama beberapa hari Putri
Ulna tidak makan dan terus bersedih, Okula telah membujuknya berkali-kali
tetapi tidak berhasil.
“Ulna sahabatku, aku memiliki teman
seekor ikan duyung yang sangat baik, bagaimana kalau kita meminta bantuan
kepadanya,” kata Okula membujuk Putri Ulna.
“Mau meminta bantuan apalagi
sahabatku, aku sedih kehilangan kedua orang tuaku,”
“Kita datang dulu ke rumahnya,
sambil berjalan-jalan menghilangkan rasa sedihmu,” bujuk Okula
Putri Ulna dan Okula pun pergi ke rumah ikan duyung
yang bernama Duyusa, mereka melintasi rumput laut dan menyapa ikan-ikan kecil. Duyusa
menyambut mereka di depan pintu dengan gembira.
“Apa
yang dapat saya bantu wahai sahabatku?,” tanya Duyusa.
“Aku sangat sedih Duyusa, Ibu dan
ayahku ditangkap raja Pus-pus si ikan Paus yang kejam,” kata Putri Ulna dengan
sedih.
“Dahulu pamanku juga pernah ditangkap
bahkan dimakan oleh ikan paus yang rakus itu, dulu aku juga sangat sedih,
sahabatku. Baiklah aku punya cara untuk melawan raja Pus-pus,” kata Duyusa
sambil tersenyum.
Akhirnya mereka merencanakan untuk membunuh raja
Pus-pus dengan perangkap. Keesokan harinya mereka bertiga datang ke singgasana
raja Pus-pus. Putri Ulna datang seolah-olah menyerahkan diri kepada raja
Pus-pus.
“Tidak diminta ke sini kau datang
sendiri wahai Putri Ulna, aku sangat ingin memakanmu,” kata raja Pus-pus.
“Kau boleh memakanku, asalkan kedua
orang tuaku engkau bebaskan,” kata Putri Ulna.
“Baiklah aku akan membebaskan orang
tuamu,” kata raja Pus-pus gembira.
Raja Uba dan ratu Siena pun bebas dan memeluk putri
mereka. Tetapi mereka sangat sedih ternyata anak mereka akan dimakan oleh raja
Pus-pus tersebut.
“Mana janjimu ikan mas koki kecil,
sekarang kau yang akan kumakan he..he..,” kata raja Pus-pus sambil
terkekeh-kekeh.
“Baiklah, kau buka dulu mulutmu
dengan lebar-lebar raja Pus-pus, aku sendiri yang akan masuk ke dalam mulutmu,”
kata Putri Ulna
“Baiklah,” kata raja Pus-pus.
Raja Pus-pus pun membuka mulutnya dengan sangat lebar,
pada saat itu juga Duyusa, si ikan duyung keluar dari tempat persembunyiannya
dan melemparkan ujung tombak ke arah mulut raja Pus-pus. Tombak itu tepat
mengenai mulut dan masuk ke tubuh raja Pus-pus. Raja Pus-pus pun terguling tak
berdaya, lalu mati. Akhirnya Putri Ulna, raja Uba, dan ratu Siena pun selamat
dari raja Pus-pus. Mereka berterima kasih kepada Duyusa dan Okula yang telah
membatu. Mereka kembali ke Koki Ikana dan kembali hidup damai selamanya tanpa
gangguan lagi dari raja Pus-pus yang kejam dan rakus.
Biodata
Penulis
Nama
saya Siwi Annisa, saya Lahir di kota Sambas, Kalimantan Barat, 31 Agustus 1995.
Saya memiliki hobi menulis dan membaca. Cita-cita saya ingin jadi penulis,
pengusaha, dan menjadi seorang guru. Saya sekarang sedang kuliah di Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Tanjungpura Pontianak. Nomor HP saya
089693984507. Nama Facebook saya Siwi Annisyah dan Whatsapp 089693984507.
Comments
Post a Comment