Analisis Strata Norma Puisi Kangen Karya WS Rendra
ANALISIS
PUISI “KANGEN” KARYA W.S. RENDRA BERDASARKAN STRATA NORMA
Kangen
W.S.
Rendra
Kau
tak akan mengerti bagaimana kesepianku
menghadapi
kemerdekaan tanpa cinta
kau
tak akan mengerti segala lukaku
kerna
cinta telah sembunyikan pisaunya.
Membayangkan
wajahmu adalah siksa.
Kesepian
adalah ketakutan dalam kelumpuhan.
Engkau
telah menjadi racun bagi darahku.
Apabila
aku dalam kangen dan sepi
itulah
berarti
aku
tungku tanpa api.
1. Lapis
Bunyi (Sound Stratum)
Pada
puisi “Kangen” terdapat bunyi atau pola bunyi asonansi yang digunakan untuk
mendapatkan efek puitis. Pada baris 1 dan 3: kesepianku – lukaku, dan pada
baris 2 dan 4: cinta – pisaunya, pola sajak pada empat baris pertama adalah
a-b-a-b. Pada baris 8, 9, dan 10 juga menggunakan pola bunyi asonansi, yaitu:
sepi – berarti – api. Lambang suara (klanksymboliek) dalam lapis bunyi
dihubungkan dengan suasana hati. Huruf vokal e dan i dan huruf konsonan k, t,
p, s terasa ringan, tinggi, dan kecil
dalam puisi “Kangen” adalah: cinta, sepi, siksa. Huruf vokal a, u, o dan
konsonan b, d, g, z, v, w terdengar berat, contohnya dalam puisi “Kangen”
adalah: bagaimana, engkau, membayangkan, darahku, kangen, berarti, tungku.
2. Lapis
Arti (Units of meaning)
Judul
puisi Kangen memiliki makna rindu yang teramat sangat. Pada baris pertama dan
kedua “Kau tak akan mengerti bagaimana kesepianku menghadapi kemerdekaan tanpa
cinta” berarti: Penyair ingin mengungkapkan bahwa seseorang yang rindukannya
tak akan mengerti betapa kesepian hidupnya walaupun penyair sebenarnya dalam kehidupan
yang bebas (lajang) tetapi penyair merasa sendiri dan kesepian tanpa cinta.
Pada baris ketiga dan keempat “kau tak akan mengerti segala lukaku kerna cinta
telah sembunyikan pisaunya” berarti: penyair mengungkapkan betapa dia merasa
sakit tanpa alasan karena mencintai “kau”. Pada baris kelima “membayangkan
wajahmu adalah siksa” berarti: menahan rindu adalah hal yang menyakitkan bahkan
ketika mengenangnya. Pada baris keenam “kesepian adalah ketakutan dalam
kelumpuhan” berarti: perasaan sepi yang menyiksa penyair memang harus dihadapi,
seperti orang yang mengalami cacat fisik yaitu lumpuh. Ketika orang lumpuh
merasa takut, ia tidak bisa berbuat apa-apa karena tidak bisa lari dari keadaan
takut, dan harus menghadapinya. Pada baris ketujuh “Engkau telah menjadi racun
bagi darahku” berarti: orang yang dirindukannya sudah menguasai pikirannya,
sehingga susah untuk dilupakan. Pada baris kedelapan, sembilan, dan sepuluh
“Apabila aku dalam kangen dan sepi itulah berarti aku tungku tanpa api” berarti:
Saat penyair merasa kesepian karena merindukan seseorang, ia merasa tidak
berguna, karena hanya bisa merindukannya tanpa bisa bertemu dengannya.
3. Lapis
Ketiga
Lapisan
satuan arti menimbulkan lapis yang ketiga, berupa objek-objek yang dikemukakan,
latar, pelaku, dan dunia pengarang.
Objek-objek
yang dikemukakan: kau, kesepianku, kemerdekaan tanpa cinta, lukaku, wajahmu,
siksa, racun, darahku, kangen, sepi, dan api.
Pelaku
atau tokoh: si Aku (penyair),
Dunia
pengarang adalah dunia yang diciptakan pengarang dalam puisinya: Penyair merasa
kesepian walaupun sebenarnya dia bebas dan
merasakan rindu yang menyiksa karena mencintai tanpa dapat bertemu, maka
kesepian itu harus dihadapinya karena dia tidak dapat melupakan “kau”. Saat
merindukan “kau” penyair merasa perasaannya tidak berguna, karena tidak dapat
bertemu dengan seseorang yang sangat dirindukannya.
4. Lapis
Dunia
5. Lapis
Metafisis
aku masih penasaran, kadang dalam puisi menimbulkan kesan yg sinestesia,trimakasih ulasannya..
ReplyDeleteMakna dari puisi tersebut adalah
ReplyDeleteMakna dari puisi tersebut adalah
ReplyDeleteMakna dari puisi tersebut adalah
ReplyDeleteAnalisislah unsur fisik dan unsur batin dari puisi berikut!
ReplyDeleteAnalisislah unsur fisik dan unsur batin dari puisi berikut!
ReplyDeleteKelebihan dan kekuranganya?
ReplyDeletebrarti menggunakan pendekatan struktural?
ReplyDeleteImaji dari puisi kangen apa?
ReplyDeleteKata konkret nya juga apa?