Analisis Puisi Genesis Karya Subagio Sastowardodjo

UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL TAHUN 2014/2015
Nama               : Siwi Annisa
NIM                : F1011131002
Mata Kuliah    : Kajian Puisi
Kelas/Semester:III B/Tiga
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

GENESIS
pembuat boneka
yang jarang bicara
dan yang tinggal agak jauh dari kampung
telah membuat patung
dari lilin
serupa dia sendiri
dengan tubuh, tangan dan kaki dua
ketika dihembuskannya napas di ubun
telah menyala api
tidak di kepala
tapi di dada
-aku cinta- kata pembuat boneka
baru itu ia mengeluarkan kata
dan api itu
telah membikin ciptaan itu abadi
ketika habis terbakar lilin
lihat, api itu terus menyala
(Subagio Sastrowardojo)

1.      Analisis Puisi Genesis Karya Subagio Sastrowardojo
a.       Pilihan Kata (Diksi)
Diksi atau pemilihan kata digunakan dalam puisi untuk mendapatkan kepuitisan dan nilai estetik.
ketika dihembuskannya napas di ubun
Subagio Sastrowardojo menggunakan kata “ubun” tempat di hembuskannya napas bukan dengan kata “kepala”. Selain kata “ubun” yang menimbulkan kesan puitis dan estetik, “ubun” juga memiliki tempat khusus yaitu bagian kepala atas (anterior fontanelle) yang di dalamnya terdapat otak besar (akal manusia), jadi penggunaan kata “ubun” lebih tepat dari penggunaan kata “kepala”.
b.      Tema
Tema adalah pokok permasalahan sebuah cerita, gagasan sentral, atau dasar cerita, biasanya bersifat tersirat (tersembunyi) dan dapat dipahami setelah membaca secara keseluruhan. Tema puisi Genesis adalah proses penciptaan manusia pertama oleh Tuhan (sesuai dengan Kitab Kejadian 1: 27), manusia diciptakan Allah serupa dengan gambar-Nya. Dalam puisi Genesis menceritakan proses penciptaan manusia yang serupa dengan Tuhan, sejak manusia diberikan kehidupan oleh Tuhan, manusia dikaruniai akal dan hati. Itu yang membedakan manusia dengan makhluk ciptaan Tuhan yang lainnya. Manusia akan selalu dikenang dari hatinya walaupun telah meninggal.
serupa dia sendiri
dengan tubuh, tangan dan kaki dua
Proses penciptaan manusia, manusia diciptakan Allah serupa dengan gambar-Nya (Kitab Kejadian 1: 27)
ketika dihembuskannya napas di ubun
telah menyala api
tidak di kepala
tapi di dada
Sejak manusia dihidupkan, maka akal (ubun) dan hati (dada) dimiliki oleh manusia, dan manusia menjadi wakil Allah di muka bumi.
dan api itu
telah membikin ciptaan itu abadi
ketika habis terbakar lilin
lihat, api itu terus menyala
Manusia diberikan akal dan hati oleh Tuhan harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Hati akan menjadi sifat/karakteristik seseorang, dan hati akan dikenang selamanya, apabila hati baik, maka yang akan dikenang adalah kebaikan, dan apabila hati buruk, maka yang akan dikenang adalah keburukan. Bahkan saat manusia meninggal sifatnya yang berasal dari hatilah yang akan selalu dikenang.
c.       Citraan (imagery)
1)      Citraan Penglihatan
Citraan penglihatan memberi rangsangan kepada indra penglihatan, hingga sering kepada hal-hal yang tak terlihat. Rangsangan yang distimulus oleh citraan penglihatan kepada indra penglihatan akan menjadikan bayangan imajinasi yang tak terlihat menjadi nyata.
dan yang tinggal agak jauh dari kampung
serupa dia sendiri
telah menyala api
lihat, api itu terus menyala
2)      Citraan Pendengaran
Citraan pendengaran (auditory imagery), berhubungan dengan kesan dan gambaran yang diperoleh melalui indra pendengaran. Citraan ini dihasilkan dengan menyebutkan atau menguraikan bunyi suara.
yang jarang bicara
baru itu ia mengeluarkan kata
d.      Bunyi (Sound)
1)      Efoni
Kombinasi bunyi vokal-vokal (asonansi): a, e, i, o, u, bunyi-bunyi konsonan bersuara (voiced): b, d, g, j, bunyi liquida: r, l, dan bunyi sengau: m, n, ng, ny, menimbulkan bunyi merdu dan berirama (efoni) bunyi yang merdu mendukung suasana yang gembira dan bahagia, karena dalam puisi ini seorang pembuat boneka berhasil membuat patung dari lilin yang serupa dengan dia sendiri.
telah membuat patung
serupa dia sendiri
dengan tubuh dan kaki dua
-aku cinta- kata pembuat boneka
dan api itu telah membikin ciptaan itu abadi
ketika habis terbakar lilin
lihat, api itu terus menyala
Efoni yang menimbulkan bunyi yang merdu mendukung suasana bahagia dalam puisi Genesis, karena pembuat boneka berhasil memmbuat patung dari lilin serupa dengan dia sendiri.
2)      Klanksymboliek (Lambang Rasa)
Lambang rasa dihubungkan dengan suasana hati. Suasana hati yang ringan, riang, dilukiskan dengan bunyi vokal e dan i, begitu juga dengan bunyi k, t, s, p, yang terasa ringan, tinggi, kecil, contohnya dalam puisi Genesis: cinta.
-aku cinta- kata pembuat boneka
Konsonan b, d, g, z, v, w yang berat dan vokal a, o, dan u terasa berat dan rendah, contohnya dalam puisi Genesis: jauh.
yang tinggal agak jauh dari kampung
3)      Asonansi
Asonansi adalah pengulangan bunyi vokal yang sama pada perkataan yang berurutan dalam baris-baris puisi yang menimbulkan kesan kehalusan, kelembutan, kemerduan, atau keindahan bunyi, contohnya:
pembuat boneka
yang jarang bicara
tidak di kepala
tapi di dada
-aku cinta- kata pembuat boneka
baru itu ia mengeluarkan kata
4)      Aliterasi
Aliterasi adalah pengulangan bunyi konsonan yang sama dalam baris puisi biasanya pada awal kata atau perkataan dengan berurutan. Menimbulkan kesan dan keindahan bunyi, contohnya:
dan yang tinggal agak jauh dari kampung
telah membuat patung
e.       Rasa (Feeling)
Rasa (feeling) dalam puisi merupakan gambaran dari ekspresi perasaan penyair. Rasa disebut juga arti emosional yang menggambarkan perasaan sedih, marah, senang, gembira, takjub, ragu-ragu, bimbang, patah hati, sombong, dan sejenisnya. Pengungkapan rasa sangat dipengaruhi oleh situasi batin penyair pada saat menciptakan puisi.
-aku cinta- kata pembuat boneka
Rasa (feeling) dalam puisi Genesis ini adalah perasaan bahagia si pembuat boneka yang telah berhasil membuat patung dari lilin yang serupa dengan dirinya sendiri. Dia merasa bangga dan dia mencintai hasil karyanya.



Comments

Popular Posts